Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kisah Nyata Samuel Selingkuh dengan Tetangga Sendiri

Mediaportalberita.com-Kisahnya dimulai saat ia baru saja mendapatkan jabatan baru dan diperkenalkan oleh seorang rekan kerjanya pada seorang wanita, Ita Purnamawardani. Tiga bulan menjalin hubungan, Ita langsung meminta Samuel menikah. Pernikahannya terlihat bahagia, apalagi sang istri tidak lama kemudian mengandung. Namun inilah pengakuan Samuel:

“Waktu istri saya mulai hamil, saya masih bisa selingkuh.”

Yang lebih kejam lagi, Samuel selingkuh dengan wanita yang mengenalkannya pada sang istri yang tak lain rekan satu kerjanya dan juga tetangganya.

“Awalnya mungkin karena kasihan, karena dia sering curhat akhirnya kami jadi berhubungan seperti itu,” demikian jelas Samuel.

Hubungannya dengan wanita selingkuhannya membuat sikap Samuel berubah, semua itu dilakukannya untuk menutupi kecurigaan sang istri.

“Saya kasar sama dia. Dengan dia diam, saya pikir masalah selesai.”

Tapi sebaik apapun kebusukan ditutupi, baunya pasti tercium juga. Demikian juga dengan perselingkuhan Samuel, apa yang tidak pernah dipikirkannya terjadi. Dua orang polisi mendatangi rumah Samuel. Istrinya yang sedang hamil tua kaget saat Samuel dibekuk oleh polisi.

“Saya melihat istri saya dalam kondisi seperti itu, saya hanya bisa menyesali diri saja.” ungkap Samuel.

Selepas Samuel dibawa oleh polisi, tetangganya yang adalah suami dari perempuan yang menjadi selingkuhan Samuel datang kepada Ita dan menjelaskan bahwa Samuel itu telah menghamili istrinya. Itu sebabnya ia melaporkan Samuel kepada polisi.

“Kok ada masalah seperti ini, saya ngga mau anak ini lahir. Setelah saya nangis, saya sadar kalau saya pukulin perut saya nanti anak saya lahir cacat,” demikian Ita bertutur sambil matanya berkaca-kaca.

Sekalipun telah disakiti, namun masih ada cinta di hati Ita untuk Samuel. Karenanya, Ita dengan setia tetap mengunjungi Samuel di penjara. Penyesalan dan maaf, itu yang terlontar dari mulut Samuel. Tapi penyesalan itu ada saat ia di balik jeruji. Ketika ia telah bebas dan kembali bekerja, semua penyesalan itu tidak diingatnya lagi.

“Dengan gampang sekali saya mendapatkan uang, akhirnya saya pacari dua orang karyawan saya. Waktu yang harusnya buat istri, saya pakai untuk bersama mereka.”

Jauh di lubuk hati Samuel, sebenarnya ia tidak ingin menjadi seperti itu. Perilakunya tak jauh beda dengan perilaku ayahnya, pribadi yang ia benci.

“Begitu ibu saya hamil, bapak saya tidak bertanggung jawab,” tutur Samuel. “Saya belum pernah mengenal sosok seorang ayah di rumah, hidup maunya saya sendiri. Tidak ada yang bisa melarang.”

Tapi kini, dirinya jadi seperti sang ayah. Ia menjadi pria yang tidak punya perasaan, bahkan ia dengan berani membawa wanita selingkuhannya ke rumah. Suatu hari, salah seorang selingkuhannya memberitahu Ita bahwa Samuel tengah bersama seorang wanita. Sudah tak tahan dengan ulah Samuel, Ita pun mendatangi rumah wanita itu.

“Kalau kamu sayang sama suami saya, kamu ambil juga ngga apa-apa!” demikian ucap Ita sambil menggandeng anaknya. “Saya rela kok, ambil aja. Tapi panggil orangtua kamu!”

“Kamu juga,” tunjuk Ita pada Samuel. “Panggil orangtua kamu, silahkan daripada kamu berbuat zinah!”

Untuk menenangkan keadaan, akhirnya Samuel pulang ke rumah. Tiba di rumah, Samuel seperti telah dibutakan oleh cinta sesaatnya dengan wanita selingkuhannya.

“Waktu itu saya sudah kalut, ya sudahlah. Ini sudah tidak bisa dipertahankan. Kita bubar saja.” permintaan cerai itu akhirnya dilontarkan oleh Samuel.

Ita seperti tidak percaya Samuel tega mengatakan hal itu, hatinya hancur. Padahal dirinya sudah mengorbankan banyak hal untuk mempertahankan rumah tangganya, termasuk perasaan dan harga dirinya. 
“Pengin saya, rumah tangga itu harmonis,” ucap Ita. “Tapi kok dia minta cerai.”

Ita menanggapi serius pernyataan Samuel, ia pun mengemas barang-barang miliknya dan anaknya. Tapi tiba-tiba Samuel datang.

“Maafin saya ya… Saya sangat sayang sama kamu,” demikian ungkap Samuel.

“Saya cuma bisa bilang saya nyesal. Tapi itulah perbuatan-perbuatan saya. Saya takut, sampai saat ini pun saya masih takut, saya takut anak saya mengalami seperti apa yang saya lakukan pada orang lain,” jelas Samuel.

Samuel sungguh beruntung memiliki istri seperti Ita yang begitu berbesar hati menerima permintaan maafnya yang kesekian kalinya.

Tapi badai belum selesai menerpa rumah tangga Samuel dan Ita. Perusahaan tempat Samuel bekerja gulung tikar karena krisis, dan Samuel pun dirumahkan. Tanpa pekerjaan dan uang, Samuel pun putus dengan wanita-wanita selingkuhannya. Saat itu, di rumah Samuel memperhatikan istri dan anaknya yang masih tetap rajin beribadah. Di situlah muncul sebuah kegalauan di hatinya.

“Timbul dalam benak saya, harusnya saya jadi sosok ayah yang baik. Harusnya saya menjadi nahkoda yang baik.