Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Nenek 59 Tahun Diusir hingga Diludahi, Anak : Dulu Ibu Mampu, Tapi Melupakan Saya

 

Kisah nenek Sumarsih (59) yang mengaku diusir oleh anak dan menantunya viral di media sosial.

Akun Candy Christiana yang memposting kisah nenek Sumarsih diusir anak dan menantu.

Candy Christiana menceritakan lewat postingannya nenek Sumarsih diusir anak dan menantu dari kontrakan di daerah Bonorejo RT 4/17, Nusukan, Solo.

Awalnya nenek Sumarsih tinggal bersama anak, menantu dan cucunya.

Kini setelah diusir, nenek Sumarsih mesti tinggal dan tidur di emperan rumah kosong yang berada tak jauh dari kontrakan sang anak.

"Ibu sepuh tadi sebenarnya sudah tinggal di sana (emperan rumah) berhari-hari atau mungkin beminggu-minggu karena anak dan menantu mengusirnya," ucap Candy kepada TribunSolo.com.

Menurut Candy, Sumarsih bahkan sempat mendapat perlakuan yang kurang pantas dari keluarganya saat dia tak tinggal lagi di rumah kontrakannya.

"Cucunya disuruh juga meludahi neneknya supaya segera pergi, kadang-kadang pakaiannya juga dikencingi," terang Candy.

Perlakuan itu didengar Candy dari penuturan teman-teman yang tinggal di daerah Bonorejo.

"Teman-teman di wedangan cerita, pakaiannya itu juga dikencingi sama cucunya, terus juga pernah dilempari batu-batu kecil," tutur Candy.


"Pakaian-pakaiannya juga dibuang-buangi, ibunya pergi terus kembali lagi ke situ, pakaiannya dibuang lagi, balik lagi dibuang lagi," imbuhnya membeberkan.

Nenek Sumarsih tinggal bersama anak, menantu dan cucu selama kurang lebih dua tahun.

Namun nenek Sumarsih merasa tidak dipedulikan oleh sang anak.

"Saya tidak dipedulikan, ini saya pribadi tidak ada niatan untuk menjelek-jelekan anak saya," ujar Sumarsih kepada TribunSolo.com.

Sumarsih menuturkan, anak laki-lakinya lebih mementingkan anak-anaknya dibandingkan dirinya.

"Yang penting bukan makan saya, yang penting mencarikan untuk anak, (saya) dibiarkan saja," tutur Sumarsih.

"Jadi banyak tetangga-tetangga yang berbelas kasih sama saya, yang tahu malah tetangga, saya sudah makan atau belum, tangga saya yang tahu, kalau saya minta (makan), saya malu," imbuhnya membeberkan.


Para tetangga biasanya memberikan nasi bungkus dan teh hangat kepada Sumarsih.

"Tetangga saya memperhatikan saya, saya tidak pernah bilang belum makan, tapi dikasih bungkusan, dimakan, ya, mbah, dimakan, ya, bu," ujar Sumarsih.

"Terkadang diberi wedang teh, ini minumnya bu, minumnya mbah, awas panas, lho," tambahnya.

Ibu tiga orang anak itu mengatakan pernah mendapat uang saku dari anak laki-lakinya saat awal tinggal bersama.

"Kalau pagi terkadang dikasih uang Rp 5.000,- untuk beli makan, (sebanarnya) saya tidak mau dimanja, tapi jangan disepelekan," kata Sumarsih.

"Tapi lama-lama, saya merasa anak saya sesuka hatinya sendiri, biasanya pagi dikasih uang, sekarang tidak," imbuhnya.

Sumarsih kemudian menceritakan, pengusiran yang dialaminya.

Menurutnya, pengusiran itu berawal dari pertengkaran antara anak laki-lakinya dengan istrinya pagi ini sekira pukul 05.00 WIB.

"Pagi sudah bertengkar sama istrinya, terus saya bilang, sudahlah mengapa pagi-pagi ini bertengkar, terus saya diingatkan, ibu jangan ikut-ikut," tutur Sumarsih.

Sumarsih menduga pertengkaran itu karena salah satu pihak menginginkan dirinya untuk pergi dari rumah.

"(Dugaan) saya disuruh pergi tapi itu hanya saya dengarkan saja, tidak saya jawab hanya saya dengarkan," terangnya.

Sumarsih mengaku dia langsung merapikan pakaian-pakaian yang bisa dia bawa.

"Saya merapikan pakaian, terus saya bilang tidak usah bertengkar, aku pergi saja, tapi (saat itu) saya tidak tahu mau pergi ke mana, ke tempat siapa," akunya.

Anak nenek Sumarsih, Tri Wahyu Pamuji (34) menceritakan kronologi soal nenek Sumarsih diusir.

Tri mengungkapkan, istrinya sempat menasehati Sumarsih pagi hari ini karena hendak membuat minuman dari susu anaknya.

Istrinya sempat menyarankan supaya Sumarsih membuat teh saja untuk menekan pengeluaran.

Itu dilakukan karena ekonomi keluarga tri sedang dalam titik terendah.

"Istri saya nasehati bagus-bagus, itu permasalah ini, susunya anak saya, istri saya menyarankan kalau mau buat minuman, buat teh saja," ungkap Tri.

"Karena anak saya itu minum susunya banyak, kalau membuat susu itu nambah pengeluaran, terus buat teh saja, tidak mau, malah pecahin kaca jendela, kan saya bingung," tambahnya.

Tri menuturkan, Sumarsih sempat marah dan membawa pakaian-pakaiannya ke rumah kosong yang berada di utara kontrakannya.

"Dinasehati malah mutung pakaian-pakainnya dibawa ke rumah kosong biar ada yang mengasihani," tuturnya.

Tri berujar dia sempat menasehati ibunya sebelum kejadian hari ini terjadi.

"Kemarin saya menasehati ibu saya, kalau ibu tidak mau menuruti aturan disini, ibu pergi tidak apa-apa," ujarnya.

Tri mengemukakan, Sumarsih sudah tinggal bersamanya selama dua tahun karena faktor ekonomi.

Ekonomi ibu tiga orang anak itu berada di titik lemahnya dua tahun lalu.

"Dulu itu ibu saya memang mampu, tapi karena kemampuannya, dia melupakan saya, sampai sekolah saya bayar sendiri, itu sampai saya lulus SMA," ucap Tri kepada TribunSolo.com, Rabu (4/12/2019).

"Terus saya menikah, karena saya belum mapan, namanya anak yang belum mapan ikut orang tua, pingin tinggal sendiri belum bisa, terus saya disuruh pergi, tidak boleh ikut," imbuhnya membeberkan.

Ekonomi Sumarsih berada di titik terendahnya saat kakak kedua Tri sakit.

"Kakak saya sakit, habis-habisnya orang tua saya, ya, sakitnya kakak saya sama karena cucunya yang sangat nakal," ujar Tri.

"Sampai dia itu utang yang nutup itu saya padahal saya sudah disuruh pergi sudah tidak dianggap anak, mana ada ibu tega nyuruh pergi anaknya waktu anak belum mampu," tambahnya.

Tri kemudian merawat Sumarsih selama dua tahun lamanya.

Namun, itu bukan sesuatu hal yang mudah bagi Tri.

"Saya rawat tapi dia tidak bisa menerima, (misalnya) lauk tidak enak, kalau tidak cocok, dia minta-minta tetangga, kan bikin malu," tutur Tri.

"Kita sebagai anak kan juga harus ibaratnya menasehati cara-carannya jangan bikin malu keluarga, apapun masakannya, itu ya sudah dimakan," imbuhnya.

Tri mengatakan, Sumarsih terkadang marah saat dinasehatinya ataupun oleh istrinya.

"Itu marah, kadang dinasehati istri saya, malah istri saya dipukul, sampai kaca jendela dipecahkan," kata Tri.

"Padahal ini rumah kontrakan, kalau tahu yang punya rumah pasti saya bisa diusir, kalau marah kadang pintu dibanting juga," tambahnya.

Tri merasa khawatir apabila perilaku ibunya itu diteruskan, rumah tangga yang telah dibangunnya bisa berantakan.

"Diberitahu malah dipikul itu malah ibaratnya rumah tangga saya bisa hancur," ujar Tri.

"Karena ini saya bingung posisi saya mau mempertahankan ibu saya atau keluarga saya," imbuhnya.